Nasehat Syaikh ‘Utsaimin Untuk Menghafal Matan |
AlQuranPedia.Org – Matan-matan ilmiyyah merupakan bagian
daripada ilmu yang telah diwariskan oleh para ulama kita sejak dahulu. Mutun
atau matan-matan ilmiyyah ini bisa berupa matan kitab aqidah, kitab fiqih,
kitab hadits bahkan kitab lughoh. Kita melihat bahwa menghafal matan adalah
tradisi dari para ulama kita, menghafalnya mengokohkan pondasi ilmu kita dan
meremehkannya adalah peremehan terhadap ilmu. Dengan menghafal, kita akan lebih
mudah memahami kitab-kitab ulama, kalam ulama dan untaian-untaian hikmah dari
para ahli ilmu. Sehingga dengan itu kita pun dapat mengamalkan ilmu secara
maksimal.
Pertanyaan diajukan
kepada Faqihuz Zaman, Al-’Allamah Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih ‘Utsaimin
rahimahullah : Penuntut ilmu pemula mungkin mengalami kesulitan untuk
menghafal, maka apa nasihat Anda mengenai itu?
Jawaban : Na’am,
menurutku penuntut ilmu pemula hendaknya antusias menghafal matan karena
sebagaimana aku katakan masa muda tidak akan lupa (mudah untuk menghafal).
Menghafal matan adalah ilmu. Dan jangan perhatikan ucapan orang yang berkata,
“Ilmu adalah pemahaman”. Ini kekeliruan! Karena tidaklah Allah memberi kita
manfaat melainkan dengan apa yang pernah kita hafal di masa muda sehingga kita
bisa menyebutkan ungkapan-ungkapan yang dulu pernah kita hafal. Oleh karena itu
engau akan dapati orang-orang yang hanya bersandar dengan pemahaman, tidak
memiliki ilmu. Sungguh terjadi, karena mereka tidak bersandar pada apapun. (selesai dari rekaman tanya jawab beliau).
Nasehat yang sangat agung ini hendaknya diperhatikan oleh
kita kaum muslimin. Jangan sampai kita terperdaya dengan ucapan sebagian orang
yang mengatakan “tidak penting menghafal, yang penting faham”. Hendaknya kita
mengatakan “menghafal itu penting, dan pemahaman juga penting”. Dengan
menghafal ilmu itu akan lebih membekas, lebih kekal dan lebih mudah difahami.
Dan sekali lagi ini merupakan kebiasaannya para ulama kita, dari sejak dahulu
hingga sekarang. Kita lihat bagaimana kokohnya ilmu mereka disertai hafalan
yang luar biasa. Kita lihat ada Imam Bukhari yang hafal ratusan ribu hadits,
ada Imam Ahmad yang hafal satu juta hadits, ada Imam Syafi’i yang hafal
Muwatho’ Imam Malik sedari kecil. Untuk zaman sekarang ada Syaikh Dr. Amir
Bahjat (beliau keturunan dari Syaikh Ahmad Al-Minangkabawi), kemudian ada
Syaikh Sholih Al-‘Ushoimi dan banyak lagi ulama-ulama lainnya. Mereka semua
memiliki perhatian dalam menghafal ilmu, baik itu Al-Quran, Hadits maupun
matan-matan ilmiyyah.
Tetapi ada baiknya untuk memprioritaskan menghafal Al-Quran
terlebih dahulu, karena inilah metode para ulama kita yang diwariskan kepada
hingga sekarang. Dan ini pulalah yang dinasehatkan oleh para ulama kita. Hampir-hampir
tidak ada ulama yang tidak hafal Al-Quran 30 juz. Karena Al-Quran adalah sumber
utama ilmu, di mana tidak ada yang dapat menyainginya dari perkataan siapapun.
Al-Imam Ibnu Jama’ah rahimahullaah mengatakan, “Hendaklah (penuntut ilmu) memulai dengan Kitabullaahil `Aziiz,
menghafalkannya dengan mutqin (betul-betul matang), bersungguh-sungguh memahami
tafsirnya, dan semua ilmunya (ilmu Al-Quran). Karena, Al-Quran adalah pokok ilmu, induknya, dan
yang paling penting”. (Kitab Tadzkiratus Saami’ wal Mutakallim hal.
167-168)
Setelah menghafal Al-Quran, memutqinkannya, benar-benar
menguasainya, lalu silahkan menghafal hadits-hadits ataupun matan-matan
ilmiyyah dari karangan para ulama kita. Semoga Allah menganugerahkan kita
semangat untuk menghafal ilmu, terutama dalam menghafal Al-Quran dan
kitab-kitab para ulama. Semoga bahasan sederhana ini bermanfaat.
Diselesaikan pada 26 Syawwal 1441 Hijriyah/18 Juni 2020
Masehi.
Hellooo... Thanks for the information. Very informative and helpful. Don't forget to click on the following website
ReplyDeletewalisongo.ac.id
You're welcome
Delete