Jadilah Muslim yang Produktif |
AlQuranPedia.Org – Sesungguhnya Allah Jalla Wa ‘Ala telah
memberikan waktu bagi setiap manusia sama banyaknya, yaitu 24 jam. Perlu
diketahui bahwa setiap detik dari 24 jam yang kita lalui setiap harinya kelak
akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Jangan sampai
kita mengira bahwa setelah kita mati, sudah selesai, tidak ada apa-apa lagi.
Justru setelah kita mati itulah babak yang menakutkan dan mengerikan bagi
setiap hamba. Karena kita akan melewati fase-fase hisab dan mizan, di mana
semua jiwa raga waktu kita seluruhnya akan ditanyai oleh Robbul ‘Alamin.
Dari Abu Barzah Al-Aslami radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ
تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا
أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ
وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ
“Kedua kaki seorang hamba
tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di
manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana
ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah
usangnya.” (HR. Tirmidzi no. 2417. Asy-Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih)
Ketika kita sudah mengetahui bahwa kelak akan ada hisab
tentang waktu kita maka sudah seharusnya kita menggunakannya sebaik-baiknya,
khususnya bagi kita yang masih muda, di mana indera-indera kita, kemampuan
kita, fisik dan jasmani kita masih jauh lebih kuat dan lebih segar dibanding
yang sudah berusia tua. Hendaknya kita isi waktu kita, 24 jam dari waktu kita
untuk hal-hal yang bermanfaat baik itu untuk dunia dan akhirat kita. Tentu saja
yang lebih diutamakan adalah perihal akhirat agar memperberat timbangan amal
sholih kita. Ketahuilah bahwa di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah
dia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
مِنْ
حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara kebaikan islam
seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.” (HR. Tirmidzi no.
2317, Ibnu Majah no. 3976. Asy-Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih)
Pilihannya hanya ada dua, bila seseorang tidak mengerjakan
perkara yang bermanfaat, maka dia akan terjatuh pada perkara yang tidak
bermanfaat. Bila waktu tidak diisi dengan kebaikan, maka waktu akan diisi
dengan hal keburukan atau setidaknya hal yang sia-sia.
Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,
وَنَفْسُكَ
إِنْ أَشْغَلَتْهَا بِالحَقِّ وَإِلاَّ اشْتَغَلَتْكَ بِالبَاطِلِ
“Jika dirimu tidak disibukkan
dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil.”
[Al Jawabul Kaafi hal. 156, Darul Ma’rifah, cet. pertama, Asy-Syamilah]
Dengan kata lain, Islam mengajarkan kita untuk menjadi
muslim yang produktif, muslim yang mengisi waktu demi waktunya dengan kebaikan
dan amal sholih, bukan dengan hal yang sia-sia seperti bermain game atau
bermain hp yang tidak bermanfaat. Di antara kegiatan produktif yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Menghafal Al-Quran,
yaitu dapat dijadwalkan untuk hafalan per hari atau rutinnya berapa banyak.
Sebagaimana nasehat Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafidzhahullah bahwa bila
setiap hari kita menghafal 1 ayat maka dalam jangka 15 tahun kita sudah bisa
hafal 30 juz. Bayangkan saja bila kita perhari menghafal 2 ayat atau bahkan 10
ayat maka kita bisa menghafal Al-Quran 30 juz dalam jangka waktu lebih singkat.
Ingatlah bahwa keutamaan menghafal Al-Quran sangatlah besar, di antaranya dapat
memberikan mahkota dan pakaian kemuliaan bagi kedua orangtua di surga, dapat
menaiki derajat surga lebih tinggi, bersama malaikat-malaikat Allah yang mulia,
dan termasuk keluarga Allah di dunia.
Dari 'Abdullah bin 'Amr
radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ
وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ
آيَةٍ تَقْرَؤُهَا
Ditawarkan kepada Penghafal al-Quran, “Baca dan naiklah ke tingkat
berikutnya. Baca dengan tartil sebagaimana dulu kamu mentartilkan al-Quran
ketika di dunia. Karena kedudukanmu di surga setingkat dengan banyaknya ayat
yang kamu hafal.” (HR. Abu Daud
1466, Tirmidzi 3162 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
2. Menghafal Hadits,
ini juga tidak kalah pentingnya karena keutamaan yang besar yang dijanjikan
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Terlebih lagi ini merupakan
kebiasaan kaum salaf terdahulu, mereka menghafal Al-Quran dan hadits-hadits sedari
kecil, misalnya Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i, menghafal Al-Quran di
waktu 7 tahun dan menghafal kitab Muwatho’ Imam Malik saat berusia 10 tahun.
Padahal Muwatho’ berisi ribuan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita
bisa memulai menghafal hadits yang ringan-ringan seperti Arba’in An-Nawawi,
Arba’in Abu Unaisah (karangan Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat), lalu naik ke
Umdatul Ahkam, lalu Bulughul Maram, Riyadush Sholihin, kemudian boleh bagi kita
memulai menghadap kitab hadits yang 9, dari Shahih Bukhari, Shahih Muslim,
Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah, Sunan An-Nasa’i, Sunan
Ad-Darimi, Musnad Imam Ahmad dan Muwatho’ Imam Malik. Dan sebenarnya masih
banyak lagi kitab-kitab hadits yang lain tetapi itu adalah secara umum yang
cukup dikenal. Dapat kita jadwalkan dalam satu pekan untuk menghafal
hadits-hadits ringan yang terdapat di Arba’in Nawawi dan seterusnya. Kalau
merasa berat untuk menghafal sanad dan rawi-rawinya, maka bisa dihafalkan
matannya saja. Hal yang terpenting kita memiliki jadwal hafalan hadits harian
lalu mengamalkannya agar hafalan tersebut semakin hidup.
Dari Zaid bin Tsabit
radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
نَضَّرَ اللهُ امْرَءاً سَمِعَ مِنَّا حَدِيْثاً
فَحَفِظَهُ – وفي لفظٍ: فَوَعَاها وَحَفِظَها – حَتَّى يُبَلِّغَهُ، فَرُبَّ
حامِلِ فِقْهٍ إلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ، وَرُبَّ حامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ
بِفَقِيْهٍ
“Semoga Allah mencerahkan (mengelokkan rupa) orang yang mendengar
hadits dariku, lalu dia menghafalnya -dalam lafazh riwayat lain: lalu dia
memahami dan menghafalnya-, hingga (kemudian) dia menyampaikannya (kepada orang
lain), terkadang orang yang membawa ilmu agama menyampaikannya kepada orang
yang lebih paham darinya, dan terkadang orang yang membawa ilmu agama tidak
memahaminya.” (HR. Abu Dawud (no. 3660), At-Tirmidzi (no. 2656), Ibnu Majah
(no. 230), Ad-Darimi (no. 229), Ahmad (5/183), Ibnu Hibban (no. 680),
Ath-Thabrani dalam “al-Mu’jamul Kabiir” (no. 4890) dan lainnya, hadits shahih
dan mutawatir)
3. Membaca kitab/buku
bermanfaat, alhamdulillaah sudah banyak sekali kitab/buku bermanfaat saat
ini, mudah ditemukan, terjangkau harganya, bahkan versi terjemahannya sudah
banyak. Ustadz-Ustadz kita juga banyak yang produktif menulis buku seperti
Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, Ustadz
Firanda Andirja, Ustadz Abu Umar Basyir, dan lain-lain. Hendaknya setiap muslim
memiliki jadwal membaca buku harian, kalau nasehat Ustadz Yazid setidaknya 4
jam dalam sehari digunakan untuk membaca buku bermanfaat. Buku yang bermanfaat
di sini dimaksudkan adalah buku agama, bukan novel atau buku fiksi lainnya yang
tidak menambah keimanan kepada Allah Ta’ala.
4. Membaca Al-Quran,
sebagaimana yang kita ketahui bahwa membaca Al-Quran memiliki keutamaan yang
sangat besar sekali. Satu-satunya buku/kitab yang mana bila dibaca per hurufnya
akan mendapatkan pahala. Maka hendaknya setiap muslim memiliki kadar membaca
Al-Quran harian yang senantiasa ia jaga. Setidaknya satu halaman untuk satu
hari itu sudah sangat minimal sekali. Kalau bisa tentu saja sekian halaman atau
1 juz dalam satu hari, atau bahkan lebih daripada itu. Jangan sampai kita
menyia-nyiakan kesempatan emas itu untuk menimbun pahala kebaikan kita.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ
حَسَنَةٌ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ، وَلَكِنْ
أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
“Barangsiapa membaca satu huruf
dari kitabullah, baginya satu kebaikan. Satu kebaikan akan dilipatgandakan
sepuluh. Aku tidak mengatakan ‘alif laam miim’ itu satu huruf, akan tetapi,
Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi no. 2915.
Dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani).
5. Menulis sesuatu
yang bermanfaat, sesungguhnya kemudahan teknologi yang saat ini kita
rasakan jangan sampai kita sia-siakan terlewat begitu saja. Kita memiliki
smartphone ataupun laptop dalam berbagai merk yang dapat dimanfaatkan untuk
menulis sesuatu kemudian dibagikan kepada kaum muslimin. Kita mungkin memiliki
media sosial seperti facebook, twitter, instagram dan lain sebagainya. Itu bisa
kita maksimalkan sebagai gudang simpanan pahala kita. Jadwalkan setidaknya satu
pekan sekali untuk membagikan sesuatu yang bermanfaat. Kita bisa copy paste
dari artikel ataupun postingan ustadz-ustadz kita yang tersebar di google
maupun media sosial mereka masing-masing. Jangan lupa mencantumkan sumbernya
agar tulisan lebih terpercaya dan tentu saja itu merupakan salah satu adab yang
mulia.
Dari 'Uqbah bin ‘Amr bin
Tsa’labah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan
mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim
no. 1893)
6. Menonton kajian
agama, alhamdulillaah ceramah ustadz-ustadz kita banyak sekali tersebar di
internet terutama Youtube. Ada kajian pendek, kajian tematik bahkan kajian
rutin kitab juga ada. Maka ini bisa kita maksimalkan dengan semaksimal mungkin.
Kita dapat menjadwalkan setidaknya satu pekan untuk menonton satu ceramah full
atau mendengarkan ceramah-ceramah pendek dalam satu hari. Selain ini menambah
ilmu agama kita, hal ini juga dapat membantu kita untuk istiqomah di atas
sunnah dan tentu saja menumbuhkan kebiasaan baik bagi diri kita. Jangan lupa
ketika menonton kajian untuk mencatat faidah-faidah sehingga akan lebih kekal
dan sewaktu-waktu dapat diulang pelajari kembali.
(Baca Juga : Jika Kita Bersama Allah)
Itulah kegiatan-kegiatan yang dapat menjadikan kita
produktif sebagai seorang muslim. Dan ingatlah bahwa setiap detik kelak akan
dihisab Allah sehingga kita haruslah memaksimalkan untuk mengisi waktu kita
dengan amal sholih ataupun perkara bermanfaat keduniaan lainnya. Kalau nasehat
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah maka berlelah-lelahlah kita sekarang
di dunia agar nanti bisa menikmati hasilnya di akhirat.
سئل
الإمام أحمد بن حنبل : متى الراحة يا إمام ؟ فأجاب : عند أول قدم تضعها في الجنة
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah pernah ditanya: “Wahai imam, kapankah waktu istirahat itu?”
Beliau jawab: “(Istirahat yg sesungguhnya
ialah) pada saat engkau pertama kali menginjakkan kakimu di dalam Surga.”
Semoga bermanfaat.
Diselesaikan pada 15 Syawwal 1441 Hijriyah/7 Juni 2020
Masehi.
EmoticonEmoticon