Kapan Rasulullah Menangis? |
AlQuranPedia.Org – Orang mukmin sejati, dia akan lebih banyak
menangis daripada tertawa. Menangis karena membayangkan siksa kubur,
membayangkan siksaan neraka, sedikitnya amal, dosa-dosa yang begitu banyak,
sementara nyawa tidak ada yang tahu kapan akan dicabut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Surga dan neraka ditampakkan kepadaku, maka aku
tidak melihat tentang kebaikan dan keburukan seperti hari ini. Seandainya kamu
mengetahui apa yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan
banyak menangis." Anas bin Malik –perawi hadits ini mengatakan, “Tidaklah ada satu hari
pun yang lebih berat bagi para sahabat selain hari itu. Mereka menutupi kepala
mereka sambil menangis sesenggukan." (HR. Muslim no. 2359)
Orang yang beriman hatinya sangatlah lembut,
ketika melihat dan mendengar sesuatu yang menyentuh sedikit saja dirinya akan menangis. Misalnya
adalah ketika mendengarkan ayat Al-Quran.
Mereka itu
adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari
keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari
keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri
petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha
Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. (Q.S. Maryam : 58)
Begitu pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Hati beliau sangatlah lembut. Hal itu ditunjukkan dengan banyaknya
hadits dan riwayat yang menyebutkan bahwa beliau didapati tidak bisa menahan
tangisannya di kondisi-kondisi tertentu. Maka dari itulah blog Al-Quran Pedia
tertarik untuk membahasnya. Berikut ini akan diulas sedikit tentang tangisan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
1. Menangis Ketika Mendengar Bacaan Ibnu Mas'ud
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata
kepadaku, “Bacalah Al-Quran untukku.” Maka aku menjawab, “Wahai Rasulullah,
bagaimana aku membacakan Al-Quran untukmu, bukankah Al-Quran diturunkan
kepadamu?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku suka mendengarnya
dari selainku.” Lalu aku membacakan untuknya surat An-Nisaa’ hingga sampai pada
ayat (yang artinya), “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila
Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami
mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)”
(QS. An Nisa’: 41). Beliau berkata, “Cukup.” Maka aku menoleh kepada beliau,
ternyata kedua mata beliau dalam keadaan bercucur air mata.” (HR. Bukhari
no. 4582 dan Muslim no. 800)
Ibnu Battal rahimahullah mengatakan, “Beliau
shallallahu 'alaihi wa sallam menangis pada ayat tersebut karena teringat
keadaan beliau nanti pada hari kiamat. Betapa beratnya keadaan seorang Nabi
sebagai seorang da’i, ketika menemui umatnya menjadi saksi bagi orang-orang yang
beriman dan membenarkan beliau.
2. Menangis Ketika Teringat Kepada Umatnya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menangis
sebagai bentuk kasih sayang kepada umatnya. Beliau takut kalau umatnya
mendapatkan adzab dari Allah. Pada suatu hari beliau shallallahu 'alaihi wa
sallam membaca ayat:
إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۖ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ
أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya
mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Maai'dah : 118)
Beliau mengangkat kedua tangannya dan berdoa, “Ya
Allah, umatku, umatku”. Kemudian beliau menangis. Allah berfirman, “Wahai
Jibril pergilah menemui Muhammad, dan Rabbmu lebih mengetahui, tanyakan apa
yang membuatnya menangis?”
Jibril pun datang. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam memberitahukan padanya. Kemudian Jibril kembali kepada Allah. Allah
berfirman, “Wahai Jibril kembalilah menemui Muhammad dan katakan padanya Kami
akan membuatmu ridha tentang umatmu. Dan Kami tidak akan menyedihkanmu’.”
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menangis,
khawatir tentang keadaan umatnya. Beliau bersedih kalau-kalau umatnya menjadi
penghuni neraka.
3. Menangis Ketika Sholat
Diriwayatkan dari Ummul Mukminin 'Aisyah
radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
menunaikan shalat malam di suatu malam. Beliau bersabda,
يَا عَائِشَةُ ذَرِينِي أَتَعَبَّدُ اللَّيْلَةَ لِرَبِّي
“Wahai Aisyah…, biarkanlah aku beribadah kepada
Rabku malam ini.”
Kemudian beliau bersuci dan mengerjakan shalat.
Beliau menangis hingga membasahi pangkuannya. Dan beliau terus menangis sampai
air matanya mengalir di janggutnya. Tangisnya terus mengalir hingga menetes di
lantai. Kemudian Bilal radhiyallahu ‘anhu datang mengumandangkan adzan shalat
subuh. Ketika Bilal melihat beliau menangis, ia berkata, “Wahai Rasulullah,
Anda menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan
yang akan datang?” Beliau menjawab,
أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا، لَقَدْ نَزَلَتْ عَلَيَّ اللَّيْلَةَ
آيَةٌ، وَيْلٌ لِمَنْ قَرَأَهَا وَلَمْ يَتَفَكَّرْ فِيهَا
“Tidakkah aku tidak menjadi hamba yang bersyukur?
Sungguh telah turun kepadaku malam ini sebuah ayat, celaka orang yang
membacanya dan tidak merenungkannya.”
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ
لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal….” (Q.S. Ali ‘Imran : 190) (HR. Ibnu Hibban dalam shahihnya no
620, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no 68 dan juga oleh Syaikh
Syu’aib Al-Arnauth)
4. Menangis Melihat Sa’ad bin Muadz
Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam menemui Sa'ad bin Muadz radhiyallahu ‘anhu yang menderita luka parah
di Perang Khandaq. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menangis. Ketika
orang-orang melihat beliau menangis, mereka pun ikut menangis. Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ تَسْمَعُونَ إِنَّ اللَّهَ لاَ يُعَذِّبُ بِدَمْعِ العَيْنِ، وَلاَ
بِحُزْنِ القَلْبِ، وَلَكِنْ يُعَذِّبُ بِهَذَا – وَأَشَارَ إِلَى لِسَانِهِ –
أَوْ يَرْحَمُ، وَإِنَّ المَيِّتَ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ
Tidakkah kalian mendengar, bahwa Allah tidak
menyiksa disebabkan tetesan air mata atau kesedihan hati. Namun Allah menyiksa
atau merahmati disebabkan ini, -beliau berisyarat ke lisannya-. Sesungguhnya
mayit disiksa disebabkan tangisan keluarganya kepadanya. (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Menangis Ketika Mendapati Hamzah Wafat
Setelah Perang Uhud usai, Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam mencari paman beliau Singa Allah, Hamzah bin Abdul Muthalib
radhiyallahu ‘anhu. Beliau dapati pamannya telah terbunuh syahid di Lembah Uhud
dalam keadaan yang tidak wajar, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menangis.
'Abdullah bin Mas’ud berkata, “Kami tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam menangis dengan tangisan yang dalam, melebihi tangisan beliau
ketika kematian Hamzah bin Abdul Muthalib. Beliau meletakkannya menghadap
kiblat kemudian menyalati jenazahnya. Beliau menangis begitu pilu hingga
benar-benar dikuasai dengan tangisannya.
6. Menangis Ketika Menziarahi Ibunda Beliau
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah seorang
anak yatim piatu. Beliau meminta izin kepada Allah untuk menziarahi makam ibu
beliau. Dan Allah mengizinkannya dan melarang beliau dari memohonkan ampunan.
Beliau datang ke kubur ibunda beliau. Kemudian menangis dengan tangisan yang
dalam sampai-sampai membuat orang di sekitarnya pun ikut menangis karena
kesedihan beliau. Setelah itu beliau bersabda,
زوروا القبور فإنها تذكر الموت
“Ziarahilah kubur! Karena hal itu mengingatkan
akan kematian.”
7. Menangis Ketika Ibrahim Wafat
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun menangis
ketika anak beliau, Ibrahim, wafat. Dengan tetesan air matanya, beliau
bersabda,
إِنَّ الْعَيْنَ تَدْمَعُ، وَالْقَلْبَ يَحْزَنُ، وَلاَ نَقُوْلُ إِلاَّ مَا
يَرْضَى رَبُّنَا، وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا إِبْرَاهِيْمُ لَمَحْزُونُوْنَ
“Sesungguhnya mata menangis dan hati bersedih,
tetapi tidak ada yang kita ucapkan kecuali apa yang diridhai oleh Rabb kita.
Sesungguhnya perpisahan kami denganmu wahai Ibrahim, sungguh menyedihkan.” (HR. Bukhari, Muslim, dan lainnya)
8. Menangis Ketika Melihat Orang Anshar
Pada pembagian ghanimah seusai dari Perang
Hunain, sahabat Anshar merasa keberatan dengan kebijakan beliau dalam membagi
ghanimah. Kemudian beliau mengumpulkan sahabat Anshar lalu berbicara kepada
mereka. Beliau bersabda, “Tidakkah kalian ridha, orang-orang (Mekah) kembali
dengan ghanimah berupa kambing, materi, dan hewan-hewan tunggangan, sementara
kalian pulang (ke Madinah) bersama Rasulullah”? Beliau menyambung ucapannya,
“Jawablah pertanyaanku. Tidakkah kalian berbicara?"
Mereka menjawab, “Dulu Anda datang kepada kami
dalam keadaan tidak aman, kami jamin keamanan Anda. Anda diusir, kami
menyediakan tempat untuk Anda. Anda dihina, kami tolong Anda.” Mereka
mengatakan, “Sesungguhnya (kedatangan Anda) Allah memberi karunia kepada kami dengan
rasul-Nya. Ini adalah keutamaan atas kami melebihi orang-orang selain kami.”
Kemudian mereka menangis. Dan semakin banyak orang-orang menangis. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam pun menangis haru.
9. Menangis Ketika Melihat Mush'ab bin Umair
Da’i pertama dalam Islam, Mush’ab bin Umair
radhiyallahu ‘anhu. Dulu, sewaktu di Mekah, ia bergelimang dengan kenikmatan
karena ia anak seorang yang kaya. Saat hijrah ke Madinah, ia bertahan dalam
keadaan miskin. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata, “Ketika kami
sedang duduk-duduk di masjid, saat itu muncul Mush’ab bin Umair. Ia hanya
memiliki kain burdah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam menangis melihat
pemandangan tersebut. Teringat akan keadannya di Mekkah yang penuh dengan
kenikmatan. Dan sekarang berbanding terbalik dari hal itu.
10. Menangis di Badar
Dalam Perang Badar, Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam menangis. Beliau khawatir kalau perang tersebut adalah akhir cerita dari
orang-orang yang beriman. Karena pasukan yang dihadapi sama sekali tidak
imbang. Baik dari sisi persiapan perang dan jumlah pasukan. Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sungguh kami melihat semua orang tertidur kecuali
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau bermunajat di bawah pohon. Shalat
dan menangis hingga pagi.
11. Menangis Ketika 70 Sahabat Ahli Quran Dibunuh
Dalam kisah yang lain, ada sekelompok orang
datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka berkata, “Utuslah
bersama kami seseorang yang mengajarkan kami Al-Quran dan sunnah.” Rasulullah
pun mengutus 70 orang sahabat Anshar yang disebut sebagai al-Qurra (ahli
Al-Quran). Di antara mereka ada pamanku yang bernama Haram.
Haram bin Milhan berangkat bersama rombongannya
dengan membawa surat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk musuh
Allah, Amir bin Ath-Thufail. Kemudian 70 orang utusan Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam dibunuh. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersedih dengan
kesedihan yang mendalam. Beliau sangat terluka dengan pembunuhan para sahabatnya
di Bi’ru Ma'unah. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah bersedih
sebagaimana kesedihan beliau dengan apa yang terjadi pada mereka (pembantaian
para sahabat di Bi’ru Ma'unah).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Itulah kondisi-kondisi yang menyebabkan baginda
shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis. Tidakkah kita menangis melihatnya?
Tidakkah kita semakin rindu dengan Rasulullah? Kalau hati kita tidak tergerak
sedikitpun membaca kisah-kisah di atas maka segeralah kita beristighfar, mohon
ampun dan memohon hidayah dari Allah. Kita takut bilamana hati kita sudah
dikunci mati oleh Allah. Na’udzubillah.
Sebagai penutup mari kita simak hadits di bawah
ini yang menunjukkan besarnya kecintaan dan kerinduan mereka kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berpesan
kepada Muadz bin Jabal yang beliau utus ke Yaman. Beliau bersabda, “Wahai Muadz sesungguhnya engkau mungkin tidak
bertemu aku lagi setelah tahun ini, dan mungkin saja engkau akan melewati
masjidku ini dan kuburanku ini.” Maka Mu’adz pun menangis takut berpisah dengan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. (HR. Ahmad)
Sumber : KhotbahJumat.Com dengan beberapa
perubahan
Semoga bermanfaat.
Diselesaikan pada 20
Muharram 1440 Hijriyah/30 September 2018 Masehi.
EmoticonEmoticon