Lebih Buruk Ahlul Bid’ah Atau Orang Kafir? |
AlQuranPedia.Org – Ahlul Bid’ah adalah pengekor hawa nafsu.
Ahlul bid’ah suka berbuat bid’ah, bangga akan kebid’ahannya dan tidak suka jika
bid’ahnya diusik. Mereka lebih mendahulukan akal, hawa nafsu, dan kepentingan
dunia lainnya daripada dalil-dalil yang shahih. Mereka banyak menentang ayat
Al-Quran dan hadits nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antara mereka bahkan
tidak segan-segan menentang dan menghalang-halangi dakwah salafiyyah yang mulia
ini. Maka dari itu, mereka adalah sekelompok orang yang sangat berbahaya.
Sampai-sampai Imam Ahmad saja menyuruh anaknya untuk tutup kuping ketika
melewati pengajian Mu’tazilah. Hal itu dikarenakan syubhat dan pengaruhnya yang
luar biasa.
Bahaya ahlul bid’ah diterangkan oleh banyak ulama, sejak
zaman sahabat, ulama tabi’in sampai ulama kontemporer. Hal itu tertuang di
dalam kata-kata mereka. Simak penuturan beberapa perkataan ulama berikut ini.
Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Hindarilah duduk bersama
ahli bid’ah dan barangsiapa yang duduk bersama ahli bid’ah, maka ia tidak akan
diberi hikmah. Aku suka jika di antara aku dan pelaku bid’ah ada benteng dari
besi.” (Lihat al-Ibaanah (no. 470) oleh Ibnu Baththah al-‘Ukbari, Syarhus
Sunnah (no. 170) oleh Imam al-Barbahari dan Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah
wal Jamaa’ah (no. 1149) oleh al-Lalika-i)
Yahya bin Abi Katsir rahimahullah berkata, “Jika engkau bertemu
dengan pelaku bid’ah di jalan, maka ambillah jalan lain.” (Lihat Al-Bida’
wan Nahyu ‘anhaa (I/98-99, no. 124) oleh Ibnu Wadhdhah, tahqiq ‘Abdul Mun’im
Salim, asy-Syarii’ah (I/458, no. 135) oleh al-Ajurri, al-Ibaanah (no. 390-392)
oleh Ibnu Baththah al-‘Ukbari dan Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal
Jamaa’ah no. 240)
Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Janganlah kalian duduk
dengan pengikut hawa nafsu, janganlah berdebat dengan mereka dan janganlah
mendengar perkataan mereka.” (HR. Ad-Darimi dalam Sunannya (I/110), Ibnu
Baththah al-‘Ukbari dalam al-Ibaanah (no. 395, 458), dan lihat Syarah Ushuul
I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah no. 240)
Lihatlah bagaimana buruk dan mengerikannya ahlul bid’ah sampai-sampai
para ulama saja sangat tegas dan keras terhadap mereka. Tak sedikit pula ulama
yang mentahdzir dan menghajr (memboikot) sebagian ahlul bid’ah karena bahayanya
mereka.
Akan tetapi kita dapati saat ini ada sebagian orang yang salah
menempatkan permasalahan ahlul bid’ah ini. Ada orang yang membenci ahlul bid’ah
dan mentahdzir ahlul bid’ah secara berlebihan, tidak lagi sesuai sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka menjatuhi perkataan-perkataan yang sangat
berat di sisi Allah. Sampai-sampai mereka meletakkan posisi ahlul bid’ah lebih
buruk dan lebih jelek daripada orang kafir. Lantas benarkah hal ini? Benarkah
ahlul bid’ah lebih buruk daripada orang kafir?
Kita jawab, betul sekali bahwa ahlul bid’ah adalah sekelompok orang
yang buruk, berbahaya dan jelek. Karena mereka mempermainkan agama Allah,
berbuat semena-mena terhadap agama Allah, melestarikan bid’ah yang tidak ada
contohnya dari Rasul dan memadamkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Akan tetapi ahlul bid’ah masihlah muslim, dan siapapun dia selama dia
masih muslim, bertauhid, maka dia tetaplah lebih baik dan lebih mulia daripada
orang kafir. Karena tidak ada yang lebih buruk daripada orang kafir, orang
kafir adalah sejelek-jelek makhluk.
Sesungguhnya orang-orang yang
kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka
Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka
itu adalah seburuk-buruk makhluk. (Q.S. Al-Bayyinah : 6)
Sementara orang mukmin dan yang beramal sholih adala sebaik-baik
makhluk
Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka
itu adalah sebaik-baik makhluk. (Q.S. Al-Bayyinah : 7)
Jadi orang kafir manapun dia, selama dia non-muslim, baik itu Yahudi,
Nasrani, Majusi, Buddha, Hindu, Konghuchu, Ateis dan yang semacamnya, maka dia
tetaplah seburuk-buruk makhluk. Orang Islam atau muslim tetaplah lebih baik
dari mereka.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) serta
orang-orang musyrik adalah sejelek-jelek makhluk di sisi Allah. Jika mereka
adalah sejelek-jelek makhluk, maka berarti dipastikan pada mereka kejelekan.
Karena yang dimaksud kejelekan di sini adalah nampak pada mereka kejelekan yang
tidak mungkin kita berhusnuzhon (berprasangka baik) pada mereka. Kecuali ada
beberapa orang yang dipersaksikan langsung oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam di antara orang musyrik seperti ‘Abdullah bin Ariqoth. Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyewanya untuk menunjukkan jalan ketika
hijrah. Akan tetapi selain dia, yaitu mayoritas orang musyrik adalah tidak bisa
kita menaruh percaya pada mereka. Karena mereka adalah sejelek-jeleknya
makhluk.” (Tafsir Juz ‘Amma karya Syaikh 'Utsaimin, hal. 284)
Meskipun seorang muslim berbuat bid’ah yang paling parah, melakukan
dosa yang sangat besar dan bermaksiat kepada Allah dengan maksiat yang luar
biasa. Mereka tetap lebih baik di sisi Allah daripada orang kafir (non muslim)
yang baik, baik itu mereka suka bersedekah, beramal, membantu kaum muslimin.
Karena semua perbuatan mereka tidak berguna. Mereka melakukan perbuatan dosa
yang sampai kapanpun Allah tidak pernah ampuni, yaitu syirik kepada Allah,
mereka menyekutukan Allah. Amal-amal kaum kafir tidak akan diterima dan jika
mereka mati dalam keadaan tidak bersyahadat, maka mereka akan masuk neraka
Jahannam dan kekal di dalamnya.
Begitupula sebaliknya, kaum muslimin yang separah apapun perbuatan
bid’ahnya, tetap tidak bisa kita sebut sejelek-jelek makhluk, kita tidak boleh
memposisikan mereka lebih buruk daripada orang kafir. Apalagi sampai-sampai
menghukumi mereka dengan neraka. Siapapun dia, selama muslim, selama bertauhid,
maka tempatnya adalah di surga meskipun ada yang melalui neraka terlebih
dahulu.
Jadi itulah pembahasan singkat kita mengenai kedudukan ahlul
bid’ah dan orang kafir. Semoga menambah wawasan dan pengetahuan kita.
Semoga bermanfaat.
Diselesaikan pada 19 Dzulhijjah 1439 Hijriyah/31 Agustus
2018 Masehi.
EmoticonEmoticon