Imam Ahmad Berbuat Bid’ah Sholat 300 Rakaat? |
AlQuranPedia.Org – Ketika orang-orang tidak senang perbuatan
bid’ahnya diganggu maka mereka akan melontarkan kata-kata yang beragam, ada
yang mencaci, menghina dan ada pula yang mencari-cari alasan. Di antara syubhat
yang mereka lontarkan adalah, “Tidak semuanya bid’ah tercela, buktinya para
ulama ada yang berbuat bid’ah seperti Imam Ahmad yang mengerjakan sholat 300
rakaat sehari”. Bagaimana kita menjawab syubhat ini?
Pertama, semua
bid’ah adalah kesesatan. Dan yang mengatakan ini bukanlah penulis, bukanlah
ulama, bahkan bukanlah sahabat Nabi, tetapi langsung dari Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Amma ba’du.
Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk
adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara
adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang
diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR.
Muslim no. 867)
Kalau tidak percaya bisa dicek kitab shahih Muslim. Bahkan
tidak hanya 1 hadits saja, riwayat tentang bid’ah sangatlah banyak sekali di
kitab-kitab hadits para ulama. Apakah kita menuduh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah berdusta? Apakah kita lebih hebat dari Nabi sehingga membantah
ucapan Nabi? Na’udzubillah
Kedua, benarkah
Imam Ahmad mengerjakan sholat 300 rakaat? Jawabannya adalah benar. Hal ini sebagaimana yang
dikisahkan oleh anak beliau
Abdullah bin Imam Ahmad bercerita, "Ayahku (Imam Ahmad) melakukan shalat dalam sehari semalam sebanyak 300
rakaat. Ketika beliau sakit karena dicambuk penguasa dzalim dan mulai
lemah, dalam sehari semalam beliau melakukan shalat 150 rakaat. Sementara usia
beliau sudah mendekati 80 tahun." (Mukhtashar Tarikh Dimasyqa, Ibnu Rajab
al-Hanbali, 1/399)
Jangankan Imam Ahmad sholat 300 rakaat, para ulama bahkan
pernah melakukan sholat yang lebih banyak daripada itu.
Imam Malik bin Anas rahimahullah selalu istiqamah selama 60 tahun
melakukan puasa daud, puasa sehari dan tidak puasa sehari. Dan setiap hari, beliau shalat 800 rakaat. (Thabaqat
al-Hanabilah, Ibnu Abi Ya’la, 1/61)
Al-Hafidz Al-Mizzi rahimahullah bercerita, “Pemilik benjolan di lutut,
Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib, hiasan ahli ibadah (Zainul Abidin),
disebut demikian karena dalam sehari
beliau shalat 1000 rakaat, sehingga di lututnya terdapat benjolan seperti
benjolan unta” (Tahdzib al-Asma’, al-Hafidz al-Mizzi, 35/41)
Ibnu Mahdi rahimahullah bercerita, "Saya tidak melihat seseorang
yang paling takut kepada Allah selain Basyar bin Manshur. Beliau shalat dalam sehari 500 rakaat, wiridannya adalah 1/3
Al-Quran” (Tahdzib at-Tahdzib, al-Hafidz Ibnu Hajar, 1/403)
Lantas apakah perbuatan ini bid’ah? Jangan salah paham dulu.
Ibadah sholat itu sangatlah banyak. Sholat wajib ada 17 rakaat, sholat sunnah
rawatib ada 2 rakaat sebelum Subuh, 4 rakaat sebelum Dzuhur, 2 rakaat setelah
Dzuhur, 2 rakaat setelah Maghrib, dan 2 rakaat setelah Isya’. Itu baru rawatib
yang muakkad. Ada lagi sholat-sholat sunnah pengiring lainnya sebagaimana
berdasarkan riwayat-riwayat yang shahih. Ada 4 rakaat sebelum Dzuhur, 4 rakaat
sebelum Dzuhur, 4 rakaat sebelum ‘Ashar, 2 rakaat setelah ‘Ashar, 2 rakaat
sebelum Maghrib, 4 rakaat setelah Isya’.
Itu baru sholat pengiring sholat Wajib. Ada lagi
sholat-sholat lainnya, ada sholat sunnah Wudhu, sholat tahiyatul Masjid, sholat
syuruq, sholat Dhuha (sampai 12 rakaat), sholat antara adzan dan iqomah, sholat
tasbih, sholat taubat, sholat witir, sholat tahajjud, dan masih banyak lagi
yang lainnya. Apalagi sholat Tahajjud, sebagian ulama ada yang mengatakan
rakaatnya tidak ada batasan. Jadi wajar saja jika adalah ulama yang sholat
sampai beratus-ratus rakaat. Imam Ahmad 300 rakaat, Imam Malik 800 rakaat
bahkan ada yang 1000 rakaat yakni Zainal Abidin Ali bin Husain bin Ali bin Abi
Thalib (Cucu dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu).
Jadi sudah jelaslah syubhat tentang Imam Ahmad sholat 300
rakaat itu bukanlah bid’ah. Hal yang sangat tidak pantas mencap seorang Imam,
salah satu pendekar sunnah dan penentang bid’ah malah dia yang melakukan
bid’ah. Semoga Allah merahmati Imam Ahmad, para ulama kita dan mengampuni
mereka yang menuduh para ulama berbuat bid’ah. Semoga tulisan ini membuka
wawasan kita semua, termasuk bagi mereka yang berpandangan hal yang dilakukan
Imam Ahmad tersebut bid’ah.
Semoga bermanfaat.
Diselesaikan pada 27 Dzulqaidah 1439 Hijriyah/9 Agustus 2018
Masehi.
Kepercayaan kepada masing-masing Muslim.
ReplyDeleteYang bid'ah paling salah itu: Tidak Wajib Sholat 5 Waktu (Padahal Rasul selalu Sholat, berarti ini adalah sesuatu yang diada-adakan) wkwkwk > <
Semoga Allah senantiasa mengaruniakan kita hidayah
DeleteAda riwayatnya kah rasulullah pernah sholat hingga 300 rakaat atau lebih dalam sehari semalam?
ReplyDeleteKalo tidak ada, bukankah itu namanya bid'ah?
Tentu saja tidak. Karena Rasulullah mengatakan sholat malam itu "matsna matsna" artinya "dua rakaat dua rakaat". Sebagian ulama menjelaskan bahwa Rasulullah tidak menyebut pembatasan di sini. Moga dapat difahami.
DeleteBerarti standar ganda dong lu, Nabi berpuasa hari senin krn bergembira dgn hari kelahirannya, trus kok klo ada yg melakukan maulid yg berisi zikir, sholawat, membaca manaqib jd dibid'ahkan, emang Nabi membatasi orng yg bergembira di hari kelahiran beliau cukup berpuasa sj, jgn setengah2 klo jd wahabi wkwk
DeleteBetul. Beliau hanya membatasi dgn puasa saja. Makanya berlaku kaidah "asal hukum ibadah adalah tauqifi" yakni asal hukum ibadah adalah haram sampai ada dalil yang memerintahkanya. Terbukti beliau hanya berpuasa pada hari senin saja dan tdk mengkhususkan ibadah lainnya di hari tersebut. Kita pun berpuasa pada hari senin bukan karena memperingati maulid Nabi. Tapi murni karena memang Nabi mencontohkannya makanya kita lakukan. Moga dapat difahami.
DeleteKalau sholat 1000 rokat,serokaat kita ambil yg paling kilat 1 menit,bearti 1000 menit,bearti butuh waktu 17 jam,waktu sehari semalam 24 jam di potong istirahat tidur,artinya dia tak mencari nafkah lagi,tak belajar dan mengajar lagi tidak ber muamalah lagi tidak mendidik anak dan istri lagi dan itu sangat mustahil sekali...
ReplyDeleteItulah hebatnya ulama terdahulu. Dengan ketaqwaan, kesholehan, kedekatan mereka kepada Allah, bisa jadi Allah melimpahkan keberkahan pada waktu mereka. Berbeda jauh dgn kita tentunya. Kalau kita mungkin perlu menghitung-hitung seperti yg antum lakukan, tapi kalau saya pribadi tidak heran dengan hal yang dilakulan para ulama tersebut. Na'am
Delete