Begitu Hinanya Dunia Ini |
AlQuranPedia.Org – Dunia adalah tempat persinggahan
sementara. Kita tidak tidak akan tinggal selamanya di dunia ini. Kelak kita
akan dikembalikan kepada Allah Jalla Jalaluh. Tahukah Anda? Bahwa Allah tidak
satupun memuji kehidupan dunia. Tidak ada satu ayat ataupun hadits yang mana
Allah memuji dunia. Allah menjelaskan bahwa dunia itu sangat hina. Sebagai
buktinya, Allah berulang-ulang mengingatkan kita bahwa dunia itu hanyalah
permainan dan senda gurau saja.
Dan
tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan
sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka
tidakkah kamu memahaminya? (Q.S. Al-An’aam : 32)
Sesungguhnya
kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan
bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta
harta-hartamu. (Q.S. Muhammad : 36)
Dan
tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.
(Q.S. Al-‘Ankabuut : 64)
Kampung akhirat adalah kampung kita yang sesungguhnya.
Kenikmatan dunia ini dibandingkan kenikmatan di akhirat sangatlah kecil sekali.
Allah
meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka
bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding
dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). (Q.S. Ar-Ra’d :
26)
Jangan mau ditipu dunia saudara-saudaraku.
Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,
perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para
petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan
dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu. (Q.S. Al-Hadiid : 20)
Dunia ini adalah tempat hukuman bagi nabi Adam dan Hawa.
Jangan sampai kita diperdaya dunia.
Hai
manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah
kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang
pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. (Q.S. Faathir : 5)
Kita terlalu mencintai dunia. Kita begitu mencintai harta,
tahta, wanita, jabatan, perhiasan.
Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.S. Ali ‘Imran
: 14)
Sampai-sampai kita meninggalkan akhirat.
Sekali-kali
janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia,
dan meninggalkan (kehidupan) akhirat. (Q.S. Al-Qiyaamah : 20-21)
Begitu hinanya dunia di sisi Allah
sampai-sampai seluruh isi yang di dunia itu terlaknat kecuali mereka yang
beramal dan melakukan ketaatan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu
dilaknat dan dilaknat apa yang ada di dalamnya, kecuali dzikir kepada Allah
dan ketaatan kepada-Nya, orang berilmu, atau orang yang mempelajari ilmu. (HR.
Tirmidzi, no. 2322; Ibnu Majah, no. 4112; dan Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jami’
Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlih, I/135-136, no. 135. Lihat Shahih at-Targhib wat Tarhib,
no. 74. Lafazh ini milik Tirmidzi)
Bahkan dunia itu lebih jelek dibandingkan
bangkai kambing. Pecinta dunia memandang dunia seperti surga, tetapi orang
beriman memandangnya seperti bangkai.
Dari Jabir
radhiyallahu 'anhu, dia berkata, "Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam berjalan melewati pasar sementara banyak orang berada di dekat Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Beliau berjalan
melewati bangkai anak kambing jantan yang kedua telinganya kecil. Sambil
memegang telinganya Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa
diantara kalian yang berkenan membeli ini seharga satu dirham?”
Orang-orang
berkata, “Kami sama sekali tidak tertarik kepadanya. Apa yang bisa kami perbuat
dengannya?”
Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian mau jika ini menjadi milik kalian?”
Orang-orang
berkata, “Demi Allah, kalau anak kambing jantan ini hidup, pasti ia cacat,
karena kedua telinganya kecil, apalagi ia telah mati?”
Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
Demi Allah,
sungguh, dunia itu lebih hina bagi Allah daripada bangkai anak kambing ini bagi
kalian. (HR. Muslim)
Dunia ini betul-betul tidak ada harganya di
sisi Allah.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya dunia ini di sisi Allah senilai
harganya dengan sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum barang
seteguk sekalipun kepada orang kafir” (HR. Tirmidzi, dan dia mengatakan hadits
hasan sahih)
Artinya kalau saja dunia ini berharga
seperti sayap nyamuk Allah tidak akan memberi minum setetes pun kepada orang
kafir. Tetapi nyatanya? Allah bahkan memberi rezeki yang melimpah kepada orang
kafir. Ini menunjukkan bahwa dunia seberat sayap nyamuk pun tidak berharga
di sisi Allah. Sayap nyamuk saja tidak ada harganya, lalu bagaimana dengan
dunia lebih rendah daripada itu? Sangat-sangat tidak ada harganya.
Sangat-sangat hina.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
saja tidak peduli dengan dunia. Beliau mengajarkan kita agar memandang dunia
hanya seperti musafir yang sedang di perjalanan, perjalanan yang tidak lama dan
kemudian akan pulang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apa peduliku dengan dunia? Tidaklah aku
tinggal di dunia melainkan seperti musafir yang berteduh di bawah pohon dan
beristirahat, lalu musafir tersebut meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi no. 2551.
Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani)
Maka dari itu jangan mau ambil bagian di
dunia ini wahai saudara-saudaraku. Jangan memakai konsep orang-orang, “kejar
dunia jangan lupakan akhirat”, tetapi gunakanlah konsep seorang mukmin, “kejar akhirat jangan lupakan dunia”.
Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. Al-Qashash : 77)
Karena kehidupan kita sesungguhnya bukan di sini, tetapi di
akhirat kelak. Di sana rumah kita sesungguhnya, di sana kampung halaman kita
sejatinya.
Sedang
kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Q.S. Al-A’laa : 17)
Sebagai penutup, mari kita simak penuturan seorang sahabat
Nabi berikut ini.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya dunia telah pergi meninggalkan (kita) sedangkan akhirat
telah datang di hadapan (kita), dan masing-masing dari keduanya (dunia dan
akhirat) memiliki pengagum, maka jadilah kamu orang yang mengagumi/mencintai
akhirat dan janganlah kamu menjadi orang yang mengagumi dunia, karena
sesungguhnya saat ini (waktunya) beramal dan tidak ada perhitungan, adapun
besok (di akhirat) adalah (saat) perhitungan dan tidak ada (waktu lagi untuk)
beramal.” (HR. Imam Ahmad dalam Az-Zuhd (hal. 130) dan dinukil oleh Imam Ibnu
Rajab dalam kitab beliau Jaami’ul ‘uluumi wal hikam hal. 461)
Mari kita perbanyak mengingat mati, perbanyak amal, karena
di dunia ini tempat beramal dan tidak ada hisab. Sementara di akhirat kita
tidak bisa beramal, hanya ada hisab (perhitungan) dari Allah. Kita akan menuai
apa yang kita tanam saat di dunia. Maka beruntunglah mereka yang hatinya
terpaut dengan akhirat, banyak amalnya, berat timbangan kebaikannya dan ringan
hisabnya.
Semoga bermanfaat.
EmoticonEmoticon