Kasih Sayang Rasulullah Kepada Umatnya |
AlQuranPedia.Org - Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah mengutus
Rasul-Nya, kekasih-Nya, utusan-Nya yang mulia, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam kepada kita. Kita bersyukur telah diberikan nikmat Islam, nikmat iman,
nikmat hidayah berupa kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Mengapa? Tidakkah kita mengetahui bahwasannya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam amat mencintai kita umatnya?
Allah Tabaraka Wa Ta’ala menggambarkan bagaimana sayangnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kita.
Sungguh
telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (Q.S. At-Taubah :
128)
Dalam ayat lain Allah Ta’ala menceritakan
tentang bagaimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam amat mencintai
umatnya.
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi
berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari
karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka
dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat
mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas
itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di
atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah
hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang
mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (Q.S. Al-Fath : 29)
Bahkan dalam banyak hadits Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mau merepotkan umatnya, tidak mau membuat
susah umatnya.
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Seandainya tidak
memberatkan umatku, sungguh aku akan memerintahkan mereka bersiwak setiap
kali berwudhu.” (HR. Bukhari)
Kata Rasulullah, kalau saja tidak memberatkan umatnya, maka Rasul akan
memerintahkan kita agar bersiwak setiap kali berwudhu (mau sholat). Akan tetapi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tahu itu akan memberatkan kita, itu
akan menyulitkan kita. Lihatlah bagaimana kasih sayang beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam kepada kita.
Dalam hadits lain,
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Jika
sekiranya tidak memberatkan umatku maka akan aku perintah agar mereka
mengakhirkan sholat ‘Isya’ hingga sepertiga atau setengah malam” (HR. Tirmidzi
dan Ibnu Majah, hadits ini dishahihkan Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
dalam takhrij Sunan TIrmidzi)
Sebenarnya disunnahkan untuk mengakhirkan sholat Isya’. Akan
tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam takut hal itu akan memberatkan
umatnya. Dia tahu bahwa umatnya tidak akan sanggup melaksanakannya, apalagi
akhir malam. Maka dari itu Rasulullah hanya kadang-kadang melakukannya dan
tetap memerintahkan kita sholat tepat pada waktunya. Kecintaan yang luar biasa
dari Rasulullah untuk kita.
Ketika Ramadhan tiba, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam hanya melaksanakan sholat Tarawih beberapa kali saja bersama para sahabat.
Bukan karena Rasulullah tidak mau. Tapi ada alasan lain.
“Tidak ada yang
menghalangiku untuk keluar (menunaikan shalat) bersama kalian semua,
melainkan aku khawatir dia (qiyam) akan diwajibkan kepada kalian.” (HR.
Bukhari, no. 1129)
Ya Robb. Lihatlah Nabi kita yang mulia. Dia takut kalau
sholat tarawih diwajibkan bagi kita. Beliau takut kita menjadikannya wajib
sehingga menyulitkan kita.
Tahu tidak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyimpan satu do’a mustajabnya untuk kita?
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu, dia berkata, "Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Setiap Nabi memiliki do’a yang mustajab yang
dia berdo’a dengan do’a yang mustajab itu, maka aku ingin menyimpan do’aku
sebagai syafa’at untuk umatku di akhirat." [HR. Bukhari dan Muslim)
Ketika perang Badar, umat Islam ketika itu hanya berjumlah
tiga ratusan orang saja. Sementara orang kafir musyrikin lebih dari seribu
pasukan. Umat Islam yang kala itu tidak ada persiapan perang diharuskan
berhadapan dengan pasukan musyrikin yang siap dengan berbagai perlengkapan
perangnya.
Di kala malam hari sebelum peperangan dimulai. Para sahabat
semuanya tidur terlelap, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di tendanya
berdoa, bermunajat kepada Allah. Tahu tidak apa yang didoakan oleh Rasulullah?
Ya Allah Azza Wa
Jalla , penuhilah janji-Mu kepadaku. Ya Allah Azza Wa Jalla berikanlah apa yang
telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah Azza Wa Jalla , jika Engkau
membinasakan pasukan Islam ini, maka tidak ada yang akan beribadah kepada-Mu di
muka bumi ini. [HR. Muslim 3/1384 no. 1763)
Beliah shallallahu ‘alaihi wa sallam peduli dengan kita. Kalau saja
ketika itu pasukan muslim kalah, maka tidak ada yang menyembah Allah lagi.
Karena pada saat itu semua sahabat mulia ikut beperang, kalau kalah maka tidak
ada lagi yang bersisa, tidak ada lagi yang percaya dan beriman dengan Islam,
termasuk kita. Kalau saja kala itu pasukan Islam kalah, maka kita tidak akan
tahu siapa itu Allah, siapa itu Rasulullah. Tapi Allah menangkan umat Islam,
berkat doa siapa? Doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sungguh
Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika
itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu
mensyukuri-Nya. (Q.S. Ali ‘Imran : 123)
Dalam hadits lain juga disebutkan bahwa
Rasul kita yang mulia menunggu kita di telaganya.
Dari Sahl bin Sa’d
radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Saya menunggu kalian di telaga. Siapa
yang mendatangiku, dia akan minum airnya dan siapa yang minum airnya, tidak
akan haus selamanya." (HR. Bukhari 6583 & Muslim 6108)
Kira-kira bagaimana kalau kita punya seorang kekasih, lantas kekasih
itu menunggu kedatangan kita. Bagaimana perasaan kita? Begitu pula Rasulullah.
Bayangkan saudara-saudaraku. Rasulullah, manusia yang paling mulia, saking
cintanya sampai rela menunggu kita? Apakah kita membiarkan Rasulullah menunggu
kita terlalu lama? Tentu saja tidak. Kita ingin segera menjemput Rasulullah di
telaganya, memeluknya dan mencium tangannya yang mulia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menyatakan rindunya
untuk berjumpa dengan kita umatnya, beliau menyatakan tersebut di depan para
sahabatnya. Pernah suatu ketika beliau mengantar salah satu jenazah sahabat,
setelah di kubur beliau mengatakan mintalah prtolongan kepada Allah dari azab
kubur, mintalah prtolongan kepada Allah dari azab kubur, mintalah pertolongan
kepada Allah dari azab kubur.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mengatakan, “Wahai Abu Bakar, aku begitu
rindu hendak bertemu dengan ikhwanku (saudara-saudaraku). Abu Bakar
radhiyallahu ‘anhu berkata, “Apakah maksudmu berkata demikian, wahai
Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-saudaramu?”
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua
adalah sahabat-sahabatku tetapi bukan saudara-saudaraku. Saudara-saudaraku adalah mereka yang belum pernah melihatku tetapi
mereka beriman denganku dan mereka mencintai aku melebihi anak dan orang tua
mereka. Mereka itu adalah saudara-saudaraku dan mereka bersama denganku.
Beruntunglah mereka yang melihatku dan beriman kepadaku dan beruntung juga
mereka yang beriman kepadaku sedangkan mereka tidak pernah melihatku.” (HR.
Muslim)
Tidakkah kita membalas rindu Rasulullah kepada kita?
Tidakkah kita rindu berjumpa dengan beliau? Tidakkah kita rindu dengan beliau
meskipun itu hanya sekedar mimpi? Ya Robb. Hati ini sangat merindui kekasih-Mu.
Ya Robb kami merindui Muhammad kami. Kami ingin berjumpa dengannya.
Bagaimana cara kita agar dapat berjumpa Rasulullah di
telaganya? Bagaimana cara kita agar dapat bersama Rasulullah di surga? Ikutilah
sunnahnya. Ikutilah apa yang diperintahkannya. Taatlah apa yang dikatakan
Rasulullah. Jangan berusaha melampaui Rasulullah. Jangan berusaha sok pintar
daripada Rasul. Jangan merasa lebih pintar daripada Rasul.
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Seluruh umatku akan masuk surga,
kecuali yang enggan.” Maka dikatakan: “Wahai Rasulullah, siapa yang enggan?”
Beliau menjawab: “Barangsiapa yang menaatiku maka dia pasti masuk surga,
sedangkan barangsiapa yang mendurhakaiku maka sungguh dia telah enggan (masuk
surga).” (HR. Bukhari)
Apakah kita membalas rasa cinta Rasul dengan berbuat amalan-amalan
yang tidak ada sunnahnya? Apakah dengan maulid, tahlilan, buat amalan-amalan
baru, apakah dengan itu semua kita membalas kasih sayang Rasulullah yang hampir
mati karena kita? Kalau kita seperti itu. Siap-siaplah kita dijauhkan dari
telaga Nabi.
Dari Abdullah bin
Mas'ud radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, "Aku menunggu kalian di telaga. Sungguh ditampakkan kepadaku
beberapa orang diantara kalian, kemudian dia disimpangkan dariku. Lalu aku
mengatakan, “Ya Rabbi, itu umatku.” Kemudian disampaikan kepadaku, “Kamu tidak
tahu apa yang mereka perbuat setelah kamu meninggal.” (HR. Bukhari 6576 dan
Ahmad 4180)
Dalam riwayat lain,
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ketahuilah, sungguh ada beberapa
orang yang disesatkan, tidak bisa mendekat ke telagaku, seperti onta hilang
yang tersesat. Aku panggil-panggil mereka, “Kemarilah…kemarilah.” Lalu
disampaikan kepadaku, “Mereka telah mengubah agamanya setelah kamu
meninggal." Akupun (Nabi) mengatakan, “Celaka-celaka..”. (HR. Muslim 607
dan Ahmad 8214)
Maka dari itu mari kita balas kasih sayang Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan kasih sayang pula. Bagaimana cara
menunjukkan sayang kita kepada Rasulullah? Yaitu dengan mengikuti sunnahnya. Mengikuti
Al-Quran dan Hadits sahih merujuk kepada pemahaman para sahabatnya. Hindari
perbuatan syirik dan bid’ah. Tegakkan tauhid dan tebarkan sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Semoga bermanfaat.
Diselesaikan pada 5 Rabiul Akhir 1439 Hijriyah/24 Desember
2017 Masehi.
EmoticonEmoticon