Boleh Isbal Kalau Tidak Sombong? |
AlQuranPedia.Org – Di antara syubhat yang dilontarkan oleh
sebagian orang adalah, “Boleh isbal asalkan tidak sombong”. Bahkan ini
dilontarkan oleh salah seorang ustadz yang sangat digemari oleh masyarakat
Indonesia. Mereka beralasan dengan hadits Abu Bakar
Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda:
من جر ثوبه خيلاء ،
لم ينظر الله إليه يوم القيامة . فقال أبو بكر : إن أحد شقي ثوبي يسترخي ، إلا أن
أتعاهد ذلك منه ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إنك لن تصنع ذلك خيلاء .
قال موسى : فقلت لسالم : أذكر عبد الله : من جر إزاره ؟ قال : لم أسمعه ذكر إلا
ثوبه
“Barangsiapa
menjulurkan pakaiannya karena sombong, tidak akan dilihat oleh Allah pada hari
kiamat. Abu Bakar lalu berkata: ‘Salah satu sisi pakaianku akan melorot kecuali
aku ikat dengan benar’. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
‘Engkau tidak melakukan itu karena sombong’.Musa bertanya kepada Salim, apakah
Abdullah bin 'Umar menyebutkan lafadz ‘barangsiapa menjulurkan kainnya’? Salim
menjawab, yang saya dengan hanya ‘barangsiapa menjulurkan pakaiannya’. ”. (HR.
Bukhari 3665, Muslim 2085)
Mereka juga beralasan dengan hadits berikut,
بينما رجل يجر إزاره
من الخيلاء خسف به فهو يتجلجل في الأرض إلى يوم القيامة.
“Ada seorang lelaki
yang kainnya terseret di tanah karena sombong. Allah menenggelamkannya ke dalam
bumi. Dia meronta-ronta karena tersiksa di dalam bumi hingga hari Kiamat
terjadi”. (HR. Bukhari, 3485)
Lantas bagaimana kita menanggapi syubhat ini?
(Baca Juga : Islam Itu Luas Bro)
Pertama, Kita
tidak memungkiri ada perbedaan di kalangan ulama tentang hukum isbal
(menjulurkan pakaian melebihi mata kaki). Ada ulama yang mengatakan boleh isbal
kalau tidak sombong dan ada pula ulama yang mengharamkan secara mutlak. Tetapi
mereka sepakat bahwa isbal adalah perkara yang dibenci.
Kita katakan, bahwa itu adalah ijtihad para ulama, bisa
salah dan bisa benar. Namun sebagai seorang mukmin yang baik, kita diberikan akal dan ilmu, maka kita bisa belajar dan mencari tahu mana pendapat yang lebih tepat.
Para ulama yang mengharamkan isbal secara mutlak berdasarkan
hadits riwayat Imam Bukhari berikut
Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Kain yang
panjangnya di bawah mata kaki tempatnya adalah neraka” (HR. Bukhari 5787)
Sementara ulama yang membolehkan isbal kalau tidak sombong
berdasarkan hadits berikut yang telah kita lampirkan sebelumnya.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada seorang lelaki yang kainnya terseret di tanah karena sombong.
Allah menenggelamkannya ke dalam bumi. Dia meronta-ronta karena tersiksa di dalam
bumi hingga hari Kiamat terjadi”. (HR. Bukhari, 3485)
Lantas bagaimana kita menanggapi kedua hadits ini yang
kelihatannya bertentangan? Jawabannya ada pada hadits lain, yakni siapa saja
yang isbal (meskipun tanpa kesombongan) maka tempatnya di neraka, sementara
yang isbal ditambah kesombongan maka Allah tidak akan melihatnya pada hari
Kiamat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Keadaan sarung
seorang muslim hingga setengah betis, tidaklah berdosa bila memanjangkannya
antara setengah betis hingga di atas mata kaki. Dan apa yang turun dibawah mata
kaki maka bagiannya di neraka. Barangsiapa yang menarik pakaiannya karena
sombong maka Alloh tidak akan melihatnya” (HR. Abu Dawud 4093, Ibnu Majah 3573,
Ahmad 3/5, Malik 12. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykah 4331)
Jadi hadits-hadits tentang isbal yang menyebutkan
“kesombongan” itu maksudnya kalau tidak sombong sudah dosa besar, dan kalau
ditambah sombong maka dia akan lebih berdosa lagi karena dia mendapat dua dosa,
yaitu dosa isbal dan dosa kesombongan.
Jadi pendapat ulama
yang mengatakan isbal haram secara mutlak adalah yang lebih tepat -insya Allah-.
Hal itu diperkuat lagi hadits lain bahwa sebenarnya isbal
itu sudah termasuk kesombongan.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian
mencela orang lain. Janganlah kalian meremehkan kebaikan sedikitpun, walaupun
itu hanya dengan bermuka ceria saat bicara dengan saudaramu. Itu saja sudah
termasuk kebaikan. Dan naikan kain sarungmu sampai pertengahan betis. Kalau
engkau enggan, maka sampai mata kaki. Jauhilah
isbal dalam memakai kain sarung. Karena isbal itu adalah kesombongan. Dan Allah
tidak menyukai kesombongan.” (HR. Abu Daud 4084, dishahihkan Syaikh
Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud)
Jadi kalau ada orang yang mengatakan dia isbal tetapi dia
katakan dia tidak sombong, maka dia berdusta. Sebenarnya dia itu sudah sombong
sebagaimana disebutkan hadits di atas.
Kedua, lalu
bagaimana dengan hadits Abu Bakar? Bukankah di sana tertera bahwa Abu Bakar tidak
masalah isbal asalkan tidak sombong?
Kita katakan, di hadits Abu Bakar terlihat jelas bahwa Abu
Bakar sudah berusaha menjaga pakaiannya agar tidak isbal semaksimal mungkin,
namun apa daya pakaian beliau radhiyallahu ‘anhu tetap menjulur ke bawah mata
kakinya. “Salah satu
sisi pakaianku akan melorot kecuali aku ikat dengan benar”. Ini menunjukkan bahwa Abu Bakar tidak sengaja isbal dan tidak
menghendaki isbal. Berbeda dengan di zaman ini, banyak orang isbal dengan
sengaja dan tidak berusaha semaksimal mungkin menjaga pakaiannya agar tidak
isbal.
Kemudian masalah sombong tidak sombong,
yang merekomendasikan Abu Bakar tidak isbal tidak sombong siapa? Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rekomendasi Rasul adalah rekomendasi Allah yang
sudah pasti terjamin benar dan tidak salah. Selain beliau tidak ada toleransi,
apalagi kita. Siapapun kita, setinggi apapun iman dan ilmu kita, kita tidak
akan bisa menyamai Abu Bakar secara iman, ilmu dan amal. Wallahi, seujung kuku
dari Abu Bakar saja kita tidak sampai.
Hal ini diperkuat dengan hadits bahwa ada sahabat Nabi yang
isbal bukan karena sombong, tetapi karena ada cacat di kakinya. Namun
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memberi toleransi dan tetap
melarangnya isbal.
Imam Ahmad membawakan sebuah riwayat dalam Musnad-nya (4 / 390):
Sufyan bin ‘Uyainah menuturkan kepadaku, dari Ibrahim bin Maisarah,
dari ‘Amr bin Asy Syarid, dari ayahnya, atau dari Ya’qub bin ‘Ashim, bahwa ia
mendengar Asy Syarid berkata: Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam melihat
seorang laki-laki yang pakaiannya terseret sampai ke tanah, kemudian Rasulullah
bersegera (atau berlari) mengejarnya. Kemudian beliau bersabda:
“Angkat pakaianmu, dan bertaqwalah kepada Allah“. Lelaki itu berkata:
“Kaki saya bengkok, lutut saya tidak stabil ketika berjalan”. Nabi
bersabda: “Angkat pakaianmu, sesungguhnya semua ciptaan Allah 'Azza Wa Jalla
itu baik”.
Sejak itu tidaklah lelaki tersebut terlihat kecuali pasti kainnya di
atas pertengahan betis, atau di pertengahan betis.
Kalau sahabat saja tidak dapat toleransi isbal, bagaimana
dengan kita?
Jadi sudah jelaslah semua syubhat terjawab bahwa isbal tetap
diharamkan meskipun tanpa kesombongan. Semoga kita diberi hidayah agar tetap
teguh di atas sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan di atas
manhaj para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum ajma’in.
Semoga bermanfaat.
Diselesaikan pada 27 Dzulqaidah 1439 Hijriyah/9 Agustus 2018
Masehi.
EmoticonEmoticon