Benarkah Allah Mempunyai Kaki? |
AlQuranPedia.Org - Sebagai orang beriman, wajib bagi kita mentaati
Allah dan Rasul-Nya. Hal ini disebutkan dalam banyak ayat, di antaranya adalah,
Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kamu
merusakkan (pahala) amal-amalmu. (Q.S. Muhammad : 33)
Wajib bagi kita mengimani, mentaati dan membenarkan apa yang
dikatakan Allah dan Rasul-Nya dalam Al-Quran dan hadits yang sahih. Tidak boleh
kita menentangnya.
Dan
tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang
nyata. (Q.S. Al-Ahzaab : 36)
Tugas kita hanyalah, sami’na wa atho’na, kami
dengar dan kami taat.
Sesungguhnya
jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya
agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh."
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Q.S. An-Nuur : 51)
Jangan kita merasa sok hebat daripada Allah dan Rasul-Nya.
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (Q.S. Al-Hujuraat : 1)
Jadi wajib bagi kita mentaati Allah dan
Rasul-Nya, karena itulah sumber kebenaran.
Pada tulisan kali ini kita membahas tentang
benarkah Allah ‘Azza Wa Jalla mempunyai kaki? Jawabannya adalah benar. Hal itu
didasarkan oleh hadits-hadits sahih dan tidak diragukan lagi kebenarannya.
Dari Anas
bin Malik radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, "(Neraka) jahanam masih saja berkata, 'apakah ada tambahan'
hingga akhirnya Tuhan Pemiliki Kemuliaan
meletakkan kaki-Nya. Kemudian dia berkata, cukup, cukup, demi kemuliaan-Mu,
lalu. Lalu neraka satu sama lain saling terlipat." (HR. Bukhari, no. 6661
dan Muslim, no. 2848)
Hadits
lain yakni
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Surga dan neraka
saling berdebat. Neraka berkata, 'Aku mendapatkan orang-orang yang sombong dan
bengis.' Lalu surga berkata, 'Mengapa saya hanya dimasuki oleh orang-orang yang
lemah dan rendah.' Allah Tabaraka wa ta'ala berkata kepada surga, 'Engkau
adalah rahmat-Ku, denganmu aku rahmati hamba-Ku yang aku suka.' Lalu Dia
berkata kepada neraka, 'Engkau adalah azab-Ku, denganmu aku mengazab hamba-Ku
yang aku suka. Setiap dari keduanya akan penuh. Adapun neraka tidak akan penuh
kecuali setelah Allah meletakkan
kaki-Nya, baru dia berkata, 'cukup', 'cukup' maka ketika itu neraka akan
penuh dan neraka satu sama lain akan terlipat, dan Allah tidak akan menzalimi
makhluknya satupun. Adapun surga Allah akan ciptakan makhluk untuknya."
(HR. Bukhari no. 4850)
Dalam riwayat lain, "Adapun neraka, tidak
penuh kecuali setelah dia meletakkan
kaki-Nya di atasnya."(HR. Muslim no. 2847)
Wajib bagi kita menetapkan apa yang Allah tetapkan atas diri-Nya.
Lantas, banyak orang yang menuduh kita sebagai mujassimah (menyamakan Allah
dengan makhluk-Nya) karena kita mengatakan Allah mempunyai kaki.
Kita katakan, sebagaimana Allah mempunyai sifat Maha Melihat, Maha
Mendengar, Maha Kuasa. Bukankah manusia juga melihat, mendengar, berkuasa
melakukan sesuatu? Kenapa kalian tidak masalah dengan hal tersebut? Jawaban
kalian pasti “Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar, tetapi penglihatan dan
pendengaran Allah berbeda dengan manusia. “ Begitu pula jawaban kami. Allah
punya kaki akan tetapi kaki-Nya tidak seperti kaki manusia, kaki binatang,
makhluk lain ataupun apa yang terlintas di fikiran kita.
“Tidak ada
sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat” (Q.S. Asy-Syuura : 11)
Kita cukup imani dan yakini bahwa Allah mempunyai kaki, sudah
cukup. Cukup di situ batasan kita. Tidak boleh kita membayangkan kaki Allah
lebar, besar, seperti ini dan seperti itu. Itu haram. Kita mengimani semua
kabar yang diberikan Allah dan Rasul-Nya. Kita mengimani apa yang dikatakan
secara zhahir, tanpa takwil dan tanpa tafsir lainnya. Ada yang menafsirkan kaki
Allah dengan kekuasaan dan kehebatan-Nya, ada yang menafsirkannya dengan hal
lain dan sebagainya. Ini adalah pendapat yang keliru, karena para ‘ulama juga telah
menjelaskan bahwa mengenai sifat Allah adalah hakikat, bukan majas ataupun
perumpamaan. Begitulah sikap Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Mengenai kedua kaki Allah, hal itu dikuatkan lagi oleh atsar yang
disampaikan para sahabat ketika menjelaskan Kursi Allah ‘Azza Wa Jalla.
Abu Musa Al-Asy'ari radhiyallahu 'anhu berkata, "Al-Kursi
adalah tempat kedua kaki, dia memiliki suara gesekan seperti seperti suara
gesekan kendaraan tunggangan." (Diriwayatkan oleh Abdullah bin Imam Ahmad
dalam kitab 'As-Sunnah', Ibnu Abi Syaibah dalam 'Al-'Arsy' (60), Ibnu Jarir,
Baihaqi dan lainnya. Sanadnya dinyatakan shahih oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar
Al-Asqalani dalam Fathul Bari (8/47) serta oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin
Al-Albani dalam 'Mukhtashar Al-Uluw', hal. 123-124.)
Kemudian ada juga atsar dari ‘Abdullah bin Abbas radhiyallahu
‘anhuma. Beliau adalah ulama kalangan sahabat, ahli tafsir, sekaligus sepupu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
‘Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu anhuma berkata, "Al-Kursi
adalah tempat kedua kaki (Allah), sedangkan ‘Arsy tidak ada seorang pun yang
dapat memperkirakan ukurannya." (Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam
kitab 'At-Tauhid' (1/248, no. 154) Begitu pula Ibnu Abi Syaibah dalam 'Al-Arsy'
(61), Ad-Darimi dalam 'Ar-Radd Alal-Muraisy', Abdullah bin Imam Ahmad dalam
'As-Sunnah', Al-Hakim dalam 'Al-Mustadrak' (2/282). Al-Hakim menyatakan shahih
berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim serta disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi,
riwayat ini juga dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam 'Mukhtashar Al-'Uluw',
hal. 102, Ahmad Syakir dalam 'Umdatu Tafsir' (2/163)
Al-Imam Abu Ubaid Al-Qasim rahimahullah berkata,
"Hadits-hadits yang di dalamnya dinyatakan, 'Tuhan kami tertawa dengan
keputusasaan hamba-Nya padahal sedikit lagi Allah akan merubahnya (kepada yang
lebih baik)' dan bahwa 'Neraka Jahannam tidak penuh sebelum Tuhanmu meletakkan
kaki-Nya padanya', 'Al-Kursi adalah tempat kedua kaki'. Hadits-hadits yang
diriwayatkan ini menurut kami adalah haq/benar, disampaikan oleh orang tsiqah
(benar keimanan dan ketaqwaannya serta kuat hafalannya) kepada orang yang
tsiqah hingga seterusnya. Hanya saja jika kami ditanya tentang penafsirannya,
maka kami tidak akan menafsirkannya dan tidak kami dapati seorang pun yang
menafsirkannya." (Diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi dalam 'Al-Asma wa
Ash-Shifat', 2/198, Imam Ibnu Abdil Barr dalam 'At-Tamhid, 7/149)
Jadi itulah pembahasan kita mengenai kaki Allah Ta’ala. Semoga
menambah wawasan dan pengetahuan kita terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Semoga bermanfaat.
Diselesaikan pada 3 Rabiul Akhir 1439 Hijriyah/22 Desember 2017
Masehi.
EmoticonEmoticon