AlQuranPedia.Org - Bersyukurlah kita bagi yang masih diberikan kesempatan Allah Ta’ala untuk berbakti kepada kedua orangtua kita. Betapa banyak orang yang sudah tidak memiliki orangtua karena telah kembali kepada Allah Jalla Jalaluh. Sangat disayangkan kalau kita mendapati orangtua kita masih hidup namun kita tidak taat dan berbakti kepada keduanya. Padahal saat kita kecil kita begitu dirawat, dijaga, dan dilindungi. Bahkan tanpa kita sadari sampai akhir hayat mereka kita tetap diberikan perlindungan total. Lebih daripada itu, pernahkah kita berfikir saat kita masih di dalam kandungan begitu merepotkan ibu kita.
Kita dibawa kemana-mana, dibanggakan di mana-mana, bahkan tidak bisa tidur kecuali dengan terlentang. Ayah kita mencari nafkah, ke sana ke sini, melelahkan, bercucuran keringat, tidak lain dan tidak bukan agar hidup kita tidak menderita kelak. Tapi setelah kita lahir, mana pengabdian kita kepada mereka berdua? Sudahkah kita menunaikan kewajiban kita terhadap kedua orangtua kita? Kita berbakti kepada keduanya atau malah sebaliknya, membuat sakit hatinya, membuatnya bersedih, bahkan membuatnya terluka? Renungi hal tersebut.
Kita dibawa kemana-mana, dibanggakan di mana-mana, bahkan tidak bisa tidur kecuali dengan terlentang. Ayah kita mencari nafkah, ke sana ke sini, melelahkan, bercucuran keringat, tidak lain dan tidak bukan agar hidup kita tidak menderita kelak. Tapi setelah kita lahir, mana pengabdian kita kepada mereka berdua? Sudahkah kita menunaikan kewajiban kita terhadap kedua orangtua kita? Kita berbakti kepada keduanya atau malah sebaliknya, membuat sakit hatinya, membuatnya bersedih, bahkan membuatnya terluka? Renungi hal tersebut.
Perlu diketahui bahwa wajib bagi kita merawat kedua orangtua kita, menjaganya dengan sebaik-baik penjagaan, mentaatinya dan berbakti kepada keduanya. Haram bagi kita menyakiti hatinya meskipun dia keduanya berbuat kesalahan. Pada tulisan kali kami akan memebahas mengenai ayat-ayat Al-Quranul Karim tentang berbakti kepada kedua orangtua. Simak selengkapnya.
Allah mewajibkan kita berbuat baik dan berbakti kepada kedua orangtua kita.
Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S. Al-‘Ankabuut : 8)
Berbakti kepada kedua orangtua itu adalah salah satu amalan paling mulia, terlebih lagi kepada ibu kita yang telah bersusah payah mengandung dan melahirkan kita.
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (Q.S. Al-Ahqaaf : 15)
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. Luqman : 14)
Berkata “ah” kepada orangtua itu diharamkan, apalagi membentaknya.
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Q.S. Al-Israa’ : 23)
Perintah setelah mentauhidkan Allah adalah berbakti kepada kedua orangtua
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (Q.S. An-Nisaa’ : 36)
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar." Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya). (Q.S. Al-An’aam : 151)
Bahkan Bani Israil juga diperintahkan demikian
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (Q.S. Al-Baqarah : 83)
Al-Quran mengajarkan beberapa doa yang bisa digunakan untuk mendoakan kedua orangtua kita.
Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)." (Q.S. Ibrahim : 41)
Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan." (Q.S. Nuh : 28)
Contohlah nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang terus mendakwahi ayahnya (Azar) agar menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dia begitu mencintai sang ayah. Namun sang ayah adalah orang musyrik dan pembuat patung.
Ingatlah ketika ia (Ibrahim) berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun? Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan." (Q.S. Maryam : 42-45)
Saking cintanya Ibrahim ‘alaihissalam terhadap ayahnya dia pun mendoakan ampunan untuk ayahnya, namun hal itu langsung ditegur Allah Ta’ala.
Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. (Q.S. Maryam : 47)
Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (Q.S. At-Taubah : 114)
Contohnya juga Nabi Yusuf ‘alaihissalam yang mendengarkan perintah ayahnya
(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku." Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia." (Q.S. Yusuf : 4-5)
Contoh pulalah Nabi Isma’il ‘alaihissalam yang sangat taat kepada Allah Ta’ala dan berusaha menenangkan ayahnya (Ibrahim) yang khawatir akan menyembelih sang anak
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (Q.S. Ash-Shaaffaat : 102)
Jadi wajib bagi kita berbakti kepada orangtua kita dan wajib mentaati perintahnya dalam ketaatan seperti kisah Nabi Isma’il dan ayahnya (Ibrahim ‘alaihissalam). Kalau kita diperintah melakukan kemaksiatan dan dosa maka itu tidak boleh ditaati seperti kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dengan ayahnya Azar. Jadilah anak sekaligus orangtua yang sholih sebagaimana Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Janganlah jadi anak durhaka seperti anak nabi Nuh (Qanaan) dan janganlah jadi ayah yang durhaka seperti ayah Nabi Ibrahim ‘alahissalam. Janganlah jadi suami yang durhaka seperti Fir’aun dan janganlah jadi istri yang durhaka seperti istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth. Jadilah satu keluarga isinya orang sholih semua seperti keluarga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Semoga bermanfaat.
Diselesaikan pada 17 Jumadil Akhir 1438 Hijriyah/16 Maret 2017 Masehi.
EmoticonEmoticon